Sabtu, 22 Juni 2013

Sunshine over you

Sunshine over you
Sebelum hujan datang mengguyur seluruh pekarangan belakang rumah biasanya aku selalu melakukan ritual mencium aroma nikmat, senikmat aroma kopi luak arabica. Aroma sentuhan titik-titik hujan yang beradu dengan permukaan tanah.
“hmmm moodboster banget nih aroma,” gumamku sendiri.
Emang tempat paling cocok itu di gazebo di pekarangan belakang. Biasanya di sambi mengerjakan pr, pr kimia yang paling aku suka kerjakan dengan anak-anak temen sekelas di gazebo ini. Tapi cuaca gak mendukung mereka buat dateng ngerjain pr kimia ini bareng, ya maklum lah. Mereka temen-temen super sibuk yang ga cuma ngurusin pr kimia doang.
Musti nongkrong lah, ngurusin band lah, dan sampek ngurusin hewan peliharaan pacar mereka. Aduh absurd bangetlah kalau menurutku. Tapi mereka teman-teman super yang ga ada duanya di dunia ini.
“Hujannya kok cepet reda ya, apa karena aku juga telah selesai mengerjakan pr kimiaku ini? Hahaha,” tawaku tanpa memperdulikan siapa yang ada di sekeliling komplek rumah.
“Sore gini setelah hujan kemana ya? Sepi nih rumah juga, ga ada rame-ramenya.”
“oh iya kenapa yaa gak aku telfon cewek ku? Haha,” ketawa bodoh ku lontarkan juga.
Ku ambil telepon genggam ku. Langsung ku tujukan ke kontak yang aku namai dengan sebutan yang berbeda dari yang lain. Tak berapa lama disambut suara Hallo di seberang.
“Sayang, temenin aku ya. Bentar lagi aku jemput, wait,” tanpa basa basih langsung aku tutup teleponnya dan aku meluncur jemput kekasihku ini.
*
“Lama ya nunggunya? Hehe.”
“Yang bener aja, cepet amat, udah kangen ya, hehe.”
“iya, banget sini peluk.”
“ogah, ini tempat umum kalik”
“kalau kangen emang suka gitu, lupa tempat yang”
“dih, emang mau kemana nih. Buru-buru amat keliatannya”
“kangen tempat biasa nih yang”
“pantesan bawa kamera segala, yaudah yuk langsung berangkat. Loh kok gantian aku yang nafsu gini ya,”
Pacarku ini namanya Olla. Supel banget orangnya, biasa lah emang cewek ya gitu supel, cerewet, endel, ya itu lah makhluk satu ini. Aku juga heran banget kenapa cewek bisa nerocos tanpa ada tanda koma titiknya. Mungkin itu juga sih daya tarik dari mahluk ini, tapi apalah itu aku sayang dia.
“kok malah bengong, katanya kangen tempat ini?”
“ehm, iyasih emang kangen, coba deh kamu tutup mata. Bisa gak kamu rasain apa yang ada di tempat ini?”
“gaboleh ngintip loh! Hehe.”
“iyanih, udah aku tutup mata, hmmm.”
“gimana, udah bisa ngerasain gak?”
“dingin, gelap....”
“coba sekali lagi kamu rasakan apa yang ada di sini.”
“iya sama kok sayang.”
Tanpa sadar langsung aku kecup lembut bibirnya dahinya setelah mendengar pernyataan itu.
“ih apaan sih, genit amat.”
“yuk sini aku fotoin, kamu manis kalau lagi tutup mata kayak tadi.”
Bener selama ini, dia cuma seorang cewek yang belajar memahami diriku tanpa tahu apa yang kurasakan selama ini. Aku disini memang belum bisa jadi seorang diriku sendiri tapi dengan kayak gini aku bisa mencintainya, aku sadar dengan kayak gini kita bisa bangun batera minimal sampan kecil untuk kita berdua mengarungi mulai dari aliran kecil, besar, sampai akhirnya mengarungi samudra dan menemukan tempat perhentian untuk kita singgah i berdua. Menemukan bahagia yang cukup sederhana namun tidak se-sederhana melampauinya. Padahal ku bayangkan dia mempunyai rasa yang sama tentang tempat ini, tempat dimana suara teriakanmu akan bersaut-sautan, udara lepas, keindahan lereng bukit dengan arsiran hijau daun di dalamnya, serta kesunyian yang teramat dalam. Rasa tenang yang selama ini kurasakan menyadarkanku. Selama 8 bulan kita melampaui aliran desar dengan sampan yang kita bangun bersama.
“kamu masih sayang gak sama aku ?”
“kamu kok ngomongnya gitu ?”
“aku pengen tau, apa yang mbok rasain sama aku saat ini.”
“kamu tau gak yang ? awan yang berjalan, terus berubah-ubah itu ?”

3 komentar:

  1. Great but you have a random words berooooo :3 make the other best story .. Im waitttttt ~ <3<3

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya soal nya galau mulu, wkwk . oke wait ! i'll be post another random story <3<3

      Hapus
  2. Update mooooore this is so interesting

    BalasHapus